GPAnsor dan PWNU Jatim: Masyarakat Tak Mudah Percaya Kiai atau Gus Dadakan Mencetak Pemuda Cerdas Dan Bertakwa Disway: Rp 78 T Hikmah Pagi : Khutbah Iblis kepada Manusia di Neraka Breaking News, Polda Metro Resmi Tahan Roy Suryo. Hikmah Pagi : Khutbah Iblis kepada Manusia di Neraka. Kumpulankhutbah jumat bulan muharram 1442, tentang muhasabah akhir tahun baru 1 muharram, tentang puasa asyura, bahasa jawa tahun baru hijriyah “Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaiman bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, diantaranya terdapat empat bulan yang dihormati : 3 bulan KhutbahJumat Bulan Sya'ban, Tema Tentang Menjauhi Penyakit Hati Hasad atau Dengki ; Amalan Malam Nisfu Sya'ban: Membaca Yasin 3 Kali dan Niatkan 3 Hal Berikut, Lengkap Dengan Doa Penutup ; Tema Khutbah Jum'at Bulan Sya'ban: Bersedekah di Hari Jum'at yang Penuh Berkah; Niat Sholat Malam Nisfu Sya'ban, Lengkap Dengan Doa dan Tata Caranya Naskahkhutbah Jumat singkat tentang cara terbaik untuk menghadapi tantangan akhir zaman, cocok dijadikan referensi materi khutbah oleh khotib pada pelaksanaan ibadah sholat Jumat. Materi khutbah ini berisi kumpulan cara terbaik yang bisa dilakukan oleh umat muslim untuk menghindari tantangan akhir zaman , khususnya untuk menghindari berbagai . Di zaman akhir seperti sekarang, yang mengemuka adalah orang-orang dengan perangai buruk. Lebih mementingkan diri sendiri, menonjolkan yang dimiliki dengan menafikan pihak lain. Sifat sombong demikian melekat dan membuang jauh-jauh sifat tawadhu atau rendah hati. Karenanya di kesempatan ini khatib mengingatkan pentingnya sifat tawadhu tersebut menjadi bagian dalam keseharian. Lebih menyadari kesalahan diri dan mengapresiasi kelebihan orang lain. Terus berprasangka baik kepada kalangan berbeda dan menganggap diri hina dan tak pantas dimuliakan. Sifat tawadhu adalah mutiara di era saat ini karena memang sedikit yang menjaga sifat tersebut. Karenanya, selamatlah mereka yang memegang teguh sifat tawadhu dan membuang jauh-jauh perangai sombong. Untuk mencetak materi khutbah ini silakan tekan gambar printer, dan jamaah dapat menggandakan materi untuk disebar ke masjid atau khatib yang lain. Semoga memberikan manfaat. Redaksi Khutbah Pertama اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِأَدَاءِ الشَّرَائِعِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا اللهُ السَّمِيْعُ الْبَدِيْعُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّمِعُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا Jamaah Jumat Rahimakumullah Hal yang terus disampaikan oleh khatib di hadapan hadirin sekalian adalah pesan takwallah. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Dan kalau kita menyadari sekaligus merenung, tentu ada makna yang lebih ditekankan mengapa pesan takwallah tersebut menjadi hal yang tidak terpisahklan saat ibadah shalat Jumat. Dalam artian selalu diingatkan khatib, maka sejatinya memang takwa adalah hal penting bagi seorang muslim. Apalagi orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Dan salah satu bentuk ketakwaan itu adalah tawadhu atau sikap rendah hati. Jamaah yang Berbahagia Tawadhu berarti menempatkan kita lebih rendah daripada mereka semua. Hal ini guna mengubur sifat sombong yang kerap kali bergelora dalam diri kita. Tawadhu penting kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan kepada Allah SWT maupun kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, meliputi manusia, hewan, tetumbuhan, dan sebagainya. Lawan dari tawadhu adalah sombong. Sombong adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal betul kisah Iblis yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS. Itu tidak lain karena kesombongan makhluk terlaknat tersebut. Pasalnya, Iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam as diciptakan dari tanah. Jamaah yang Dirahmati Allah Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa merasa lebih baik dari makhluk lain adalah bentuk kesombongan. Karenanya, kita harus meyakini bahwa sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu adanya di akhirat kelak. Hal demikian tentu saja tidak berada dalam jangkauan kita sebagai manusia biasa. Kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu lebih baik dari kita. Jika dalam pandangan mata terlihat buruk, kita tidak dapat menganggap keseluruhannya demikian. Setiap manusia pasti memiliki sisi yang baik. Imam al-Ghazali memberikan tips bagaimana kita menggunakan kacamata tawadhu dalam melihat siapa saja, anak kecil, orang tua, orang bodoh, atau kafir sekalipun. Anak kecil tentu belum dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan hari-hari kita tidak pernah lepas dari bermaksiat kepada-Nya. Dengan begitu, kita tidak perlu ragu untuk mengakui bahwa anak kecil itu lebih baik dari diri kita. Orang yang lebih tua dari kita seyogianya dipandang lebih baik dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu daripada kita dalam beribadah kepada Allah. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini bahwa mereka lebih baik daripada kita. Sekalipun ada orang yang tampak, mohon maaf, bodoh, kita juga harus meyakini kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu itu didasari atas ketidaktahuannya, sedangkan kita tetap bermaksiat, meskipun kita tahu bahwa hal tersebut salah dan dilarang Allah SWT. Bahkan, terhadap orang kafir pun kita tidak boleh merasa lebih baik. Sebab, mungkin saja di suatu saat nanti, atau mungkin di akhir hayatnya kelak, ia mengucapkan syahadat dan wafat dalam membawa keislaman dan keimanan. Hal demikian bukanlah sesuatu yang mustahil dan memang banyak terjadi. Hadirin Hafidlakumullah Dengan keyakinan demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita akan berusaha untuk terus memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan diri agar tidak lagi mengulanginya di kemudian hari dan menggantinya dengan sikap dan laku yang baik. Kita juga tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru mencari dan menemukan kebaikannya untuk kita tiru, kita teladani sebaik mungkin sehingga kita bukan saja terhindari dari laku buruk, tetapi justru melampaui hal tersebut, yakni dengan berlaku baik. Oleh karena itu, jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah SWT yang utama. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 63 وَعِبَادُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا Artinya Adapun hamba-hamba utama Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, mereka mengucapkan salam’. Imam Abu Ishaq Ats-Tsa’labi dalam kitabnya, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur’an, menjelaskan bahwa hamba yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hamba utama, yakni orang yang tawadhu, rendah hati. Bahkan, jika ada orang yang mengkhutbahi’, menasihati dengan kata-kata yang justru tidak membuatnya nyaman, orang tersebut tetap menjawabnya dengan doa keselamatan. Dalam tafsir lain, Ibnu Hayyan mengatakan bahwa hamba utama itu menjawab dengan perkataan yang menyelamatkannya dari dosa. Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, sikap tawadhu menghindarkan kita dari dosa-dosa berupa laku buruk yang serupa atau bahkan lebih sebagai balasan kepadanya. Kita justru akan menjawab perlakuan itu dengan kebalikannya, yaitu dengan mendoakan keselamatan, tetap menjaga etika dan akhlak kita, baik secara perbuatan ataupun perkataan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyairi dalam kitab tafsirnya, Lathaiful Isyarat. Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Nabi Muhammad SAW bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Lubabul Hadits التَّوَاضُعُ مِنْ أَخْلَاقِ الْأَنْبِيَاءِ وَالتَّكَبُّرُ مِنْ أَخْلَاقِ الْكُفَّارِ وَالْفُرَاعِنَةِ Artinya Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya orang-orang kafir dan para firaun. Oleh karena itu, dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu akhlaknya para Nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap demikian ini. Meskipun mungkin akan sulit diterapkan karena beragam hal, mulai merasa diri pintar karena berprestasi, merasa lebih dekat dengan Allah karena selalu berjamaah di masjid, misalnya, dan sebagainya, tawadhu haruslah kita latih. Sedikit demi sedikit, insyaallah, kita akan terbiasa bersikap demikian. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْاِحْتِرَامِ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَاإِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا إِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ كَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ Apa saja dosa yang anak muda lakukan? Coba renungkan dari khutbah Jumat berikut ini. Khutbah Pertama إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَي مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Amma ba’du … Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-Nya. Takwa inilah bentuk syukur kita kepada Allah. Pada hari Jumat yang penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, serta pengikut setia beliau hingga akhir zaman. Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah … Kalau kita mau bandingkan anak muda saat ini dengan masa silam, sungguh jauh berbeda. Anak muda yang dulu ada di masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah mereka yang peduli pada agamanya, bahkan membela agama dan nabinya. Mereka juga punya akhlak yang mulia seperti berbakti kepada kedua orang tuanya. Coba bandingkan dengan pemuda saat ini zaman now. Ada empat dosa yang akan kita temukan dan empat dosa ini dianggap biasa. Pertama Durhaka kepada Orang Tua Ayat yang memerintahkan untuk berbakti pada orang tua adalah. وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚإِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” QS. Al-Isra’ 23 Kata Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah yang dimaksud dengan ayat di atas, “Janganlah berkata ah, jika kalian melihat sesuatu dari salah satu atau sebagian dari keduanya yang dapat menyakiti manusia. Akan tetapi bersabarlah dari mereka berdua. Lalu raihlah pahala dengan bersabar pada mereka sebagaimana mereka bersabar merawatmu kala kecil.” Mengenai maksud berkata uff ah dalam ayat, dikatakan oleh Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullah, “Segala bentuk perkataan keras dan perkataan jelek pada orang tua, pen.” Coba perhatikan bentuk kedurhakaan kepada orang tua yang dianggap jelek oleh ulama di masa silam. Mujahid rahimahullah mengatakan, “Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.” Ka’ab Al-Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada orang tua, beliau mengatakan, إِذَا أَمَرَكَ وَالِدُكَ بِشَيْءٍ فَلَمْ تُطِعْهُمَا فَقَدْ عَقَقْتَهُمَا العُقُوْقَ كُلَّهُ “Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara selama bukan dalam maksiat, pen namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.” Birr Al-Walidain, hlm. 8 karya Ibnul Jauziy Coba perhatikan, banyak ataukah tidak kedurhakaan anak muda saat ini seperti yang ditunjukkan di atas? Betapa banyak anak muda saat ini dengan orang tua saja berbicara keras dan kasar. Kedua Pacaran, Suka Nonton Video Porno, Hingga Onani dan Berzina Padahal zina itu dilarang, dan segala jalan menuju zina pun dilarang. Di antara jalan menuju zina adalah melalui pacaran. Dalam ayat disebutkan, وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” QS. Al-Isra’ 32 Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyatakan bahwa Allah melarang zina dan mendekati zina, serta dilarang pula berbagai penyebab yang dapat mengantarkan kepada zina. Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 571. Kita pun dilarang melihat aurat yang lainnya seperti yang terjadi pada video porno yang saat ini jadi kecanduan bagi anak muda. Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ وَلاَ يُفْضِى الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ وَلاَ تُفْضِى الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِى الثَّوْبِ الْوَاحِدِ “Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain. Janganlah pula pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Janganlah seorang laki-laki berada dalam satu selimut dengan laki-laki lain. Janganlah pula pula seorang wanita berada satu selimut dengan wanita lain.” HR. Muslim, no. 338 Adapun melakukan onani berarti tidak bisa menjaga kemaluannya. Dalam ayat diperintahkan, وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ 29 إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ 30 فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ 31 “Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.” QS. Al-Ma’arij 29-31. Ketiga Shalat Masih Bolong-Bolong Padahal shalat itu bagian dari rukun Islam. Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Al-Khattab radhiyallahu anhuma, ia mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ “Islam dibangun di atas lima perkara bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah; menunaikan shalat; menunaikan zakat; menunaikan haji ke Baitullah; dan berpuasa Ramadhan.” HR. Bukhari, no. 8; Muslim, no. 16 Meninggalkan satu shalat saja begitu berbahaya. Dari Jabir radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالكُفْرِ ، تَرْكَ الصَّلاَةِ “Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan shalat.” HR. Muslim, no. 82 Keempat Sukanya meniru-niru gaya orang kafir hingga merayakan pesta atau peringatan mereka seperti ulang tahun dan hari kasih sayang valentine Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, لاَ‭ ‬تَقُومُ‭ ‬السَّاعَةُ‭ ‬حَتَّى‭ ‬تَأْخُذَ‭ ‬أُمَّتِى‭ ‬بِأَخْذِ‭ ‬الْقُرُونِ‭ ‬قَبْلَهَا‭ ‬،‭ ‬شِبْرًا‭ ‬بِشِبْرٍ‭ ‬وَذِرَاعًا‭ ‬بِذِرَاعٍ‭ . ‬فَقِيلَ‭ ‬يَا‭ ‬رَسُولَ‭ ‬اللَّهِ‭ ‬كَفَارِسَ‭ ‬وَالرُّومِ‭ . ‬فَقَالَ‭ ‬وَمَنِ‭ ‬النَّاسُ‭ ‬إِلاَّ‭ ‬أُولَئِكَ “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ HR. Bukhari no. 7319 Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, مَنْ‭ ‬تَشَبَّهَ‭ ‬بِقَوْمٍ‭ ‬فَهُوَ‭ ‬مِنْهُمْ “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” HR. Ahmad, 250 dan Abu Daud, no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho 1 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269 Kenapa sampai kita dilarang meniru-niru orang kafir secara lahiriyah? Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, أَنَّ‭ ‬الْمُشَابَهَةَ‭ ‬فِي‭ ‬الْأُمُورِ‭ ‬الظَّاهِرَةِ‭ ‬تُورِثُ‭ ‬تَنَاسُبًا‭ ‬وَتَشَابُهًا‭ ‬فِي‭ ‬الْأَخْلَاقِ‭ ‬وَالْأَعْمَالِ‭ ‬وَلِهَذَا‭ ‬نُهِينَا‭ ‬عَنْ‭ ‬مُشَابَهَةِ‭ ‬الْكُفَّارِ “Keserupaan dalam perkara lahiriyah bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang tasyabbuh dengan orang kafir.” Majmu’ah Al-Fatawa, 22154. Sengsaranya Anak Muda adalah Kalau Jauh dari Agama Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللهَ يَبْغِضُ كُلَّ جَعْظَرِي جَوَّاظٍ سَخَابٍ فِي الأَسْوَاقِ جَيْفَةٌ بِاللَّيْلِ حِمَارٌ بِالنَّهَارِ عَالِمٌ بِالدُّنْيَا جَاهِلٌ بِالآخِرَةِ “Allah sangat membenci orang ja’dzari orang sombong, jawwadz rakus lagi pelit, suka teriak di pasar bertengkar berebut hak, bangkai di malam hari tidur sampai pagi, keledai di siang hari karena yang dipikir hanya makan, pintar masalah dunia, namun bodoh masalah akhirat.” HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya 72 – Al-Ihsan. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dalam tahqiq Shahih Ibnu Hibban menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim. Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ Khutbah Kedua الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ — Disusun Oleh Muhammad Abduh Tuasikal, Naskah Khutbah Jumat Masjid Jami’ Al-Adha Pesantren Darush Sholihin Panggang Gunungkidul Jumat Wage, 28 Rabi’ul Akhir 1440 H 4 Januari 2019 Artikel Oleh Uray Helwan إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيرًا بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ, مَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَـقَدْ رَشَدَ, وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَاِنَّهُ لَا يَضُرُّ اِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللهَ شَيْءً أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَ التـَّابِعِيْنَ وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ. فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ Para hamba Allah, sidang Jum’at rahimakumullah. Pada kesempatan yang berbahagia ini khotib berwasiat kepada dirinya dan kaum muslimin yang hadir pada majelis ini, dengan wasiat taqwa, sebagaimana firman Allah yang telah dibacakan tadi yang artinya “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim”. Salah satu keistimewaan umat akhir zaman adalah menjadi penyaksi sejarah kebenaran ayat-ayat Allah dan nubuwwat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kalau masa dahulu tatkala Rasulullah masih berada di tengah-tengah umat, keimanan para shahabat benar-benar paripurna. Keimanan mereka terhujam dalam hati sanubari. Meskipun apa yang dikatakan oleh Al Qur’an dan Sabda Rasulullah, belum nyata pada penginderaan mereka, namun ketika benar berasal dari Allah dan Rasul-Nya, tanpa ada keraguan sedikitpun, mereka menyatakan keimanan. Para hamba Allah, itulah umat terdahulu, sebaik-baik umat yang Allah taqdirkan menjadi pendamping kerasulan Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Lain halnya dengan kita saat ini, umat Rasulullah akhir zaman. Meskipun fisik beliau tidak berada di tengah-tengah kita, akan tetapi nubuwwat yang beliau sabdakan 14 abad silam, nyata dan benar-benar terjadi dalam lintasan sejarah. Begitupula ayat-ayat Al Qur’an, benar-benar aksiomatik yang kebenarannya mutlak siap diuji di pentas ilmiah. Sehingga tidak ada celah untuk meragukan, kebenarannya tak mungkin tertutupi, ibarat terangnya cahaya matahari di siang hari. Jelas dan tegas. Pada kondisi seperti ini penolakan terhadap kebenaran Al Islam bukan karena kaburnya berita, melainkan lantaran kejahilan dan hasadnya hati. Mereka tidak mencintai Allah si Pemilik Al Haq yang telah mengutus Rasul-Nya dan menurunkan Al Islam. Mereka tidak takut terhadap ancaman Allah yang memiliki perbendaharaan siksa yang pedih. Mereka tidak berpihak kepada Allah, sebaliknya lebih berpihak kepada hawa nafsunya. Mereka pada dasarnya, sadar atau tidak sadar, telah bertuhan kepada hawa nafsu, firman Allah yang artinya أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya? Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah membiarkannya sesat. Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran QS. Al Jatsiyah 23 Para Hamba Allah Kaum Muslimin Hafizhokumullah, Walaupun kebenaran telah nyata, bukan berarti keimanan umat akhir zaman mulus berlalu tanpa ujian. Ujian tetap ada sepanjang masa. Ujian keimanan bagi segenap umat adalah sunnatullah yang mesti dilalui oleh siapapun yang menghendaki jalan kebenaran. Ujian keimanan yang dihadapi oleh umat akhir zaman adalah antara lain Pertama, mereka beriman ketika kondisi umat terpecah-belah dalam berbagai golongan dan pemahaman. Dalam sebuah hadits, Beliau bersabda, yang artinya أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ “Ingatlah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab itu berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua golongan dan sesungguhnya umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang tujuh puluh dua golongan di dalam neraka sedang yang satu di dalam surga, yaitu Al-Jama’ah….” HR. Abu Dawud dan Ahmad. Para Hamba Allah Sekalian, Inilah salah satu perbedaan mendasar antara kondisi Muslimin pada masa Rasulullah dan para sahabat, dengan Ummat Islam kala ini. Kalau dulu kaum Muslimin hidup terpimpin, satu jama’ah dan satu komando dari Rasulullah atau khalifah sebagai pemimpin umat. Namun saat ini umat Islam hidup membutir, bergolong-golongan, terkotak-kotak dalam sekat teritorial negara, saling membanggakan mazhab, saling menghujat, dan berbagai sikap dan perilaku yang mengarah pada ikhtilaf dan tafarruq. Dalam Al Qur’an Allah sebutkan, situasi seperti ini hanya akan mendatangkan azab yang pedih وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah datang kepada mereka keterangan yang nyata, bagi mereka azab yang pedih”. QS. Ali Imran105. Para hamba Allah kaum muslimin, rahimakumullah. Seharusnya dengan nubuwwat Rasulullah seperti disebutkan tadi, tentang terpecahnya muslimin dalam banyak golongan, dan sekarang sudah nyata-nyata terjadi, menjadikan umat akhir zaman, kita-kita ini, untuk semakin selektif dalam menyeleksi apa-apa yang harus diikuti dan mana yang mesti ditinggalkan. Kalau kita lihat redaksi hadits di atas, maka seharusnya fokus perhatian kita, adalah kembali pada kalimat Al Jama’ah, agar kita selamat dari situasi perpecahan dan perselisihan umat. Kemudian, ujian kedua, adanya manusia-manusia yang menyampaikan seruan, terlihat seperti menyampaikan kebenaran, akan tetapi sebenarnya justru menyeru kepada pintu-pintu neraka. Dalam sebuah hadits yang panjang dari sahabat Huzaifah Ibnul Yaman, beliau bersabda, قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا “…..Rasulullah menjawab “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah bahasa kita……….”. Muslim dan Ibnu Majah. Para hamba Allah, hari ini nubuwwat tersebut benar-benar nyata. Lihat dan perhatikan baik-baik apa yang terjadi di sekeliling kita, banyak sekali mereka yang memperlihatkan fisik seperti seorang muslim yang sholeh, akan tetapi hatinya serigala, lisannya penuh dengan fitnah dan petuahnya adalah petuah menuju kesesatan. Ada yang mengingkari hadits Rasulullah, ada yang ingin merenovasi syariat Islam, ada yang meragukan kebenaran al jama’ah dan kembalinya khilafah, ada yang mengatakan baiat yang dilakukan saat ini adalah bid’ah, serta ada pula yang meyakini hadirnya nabi baru, bahkan ada yang mengaku sebagai jibril dan Imam Mahdi. Naudzubillah min dzalik. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا “Bahwasanya Allah tidak akan mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan para ulama, orang akan banyak memilih orang-orang jahil sebagai pemimpinnya. Apabila pemimpin yang jahil itu ditanya mereka akan berfatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain”. HR. Muslim. Para hamba Allah Kaum muslimin Rahimakumullah, Berikutnya ujian ketiga, yakni dorongan kepada syahwat dan daya tarik duniawi yang sampai pada titik klimaks. Sebuah hadits menyatakan, bahwa beliau Shallallahu alaihi wasallam bersabda وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ ا ْلأ هْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ لِصَاحِبِهِ وَقَالَ عَمْرٌو الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لاَ يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلاَ مَفْصِلٌ إِلاَّ دَخَلَهُ “….dan sesungguhnya akan ada dari umatku beberapa kaum yang dijangkiti oleh hawa nafsu sebagaimana menjalarnya penyakit anjing gila dengan orang yang dijangkitinya, tidak tinggal satu urat dan sendi ruas tulangnya, melainkan dijangkitinya.” HR. Abu Dawud dan Ahmad. Para hamba Allah sekalian, Fitnah syahwat sekarang ini, benar-benar telah sampai pada titik yang sangat meprihatinkan. Manusia berlomba-lomba mengumbar syahwat. Manusia yang mukmin sangat teruji untuk istiqomah agar bersih dari fitnah syahwat. Kalaupun ia mampu, bisa jadi anak dan istrinya terjerumus kedalam lingkaran fitnah syahwat. Dunia, saat ini diperlihatkan kepada kita dalam bentuk yang tidak membuat mata kita berkedip dan membuat nafsu kita bergejolak. Dalam sebuah hadits, Beliau bersabda yang artinya “Akan datang suatu zaman saat itu orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya, kecuali bila dia lari membawanya dari puncak bukit ke puncak bukit yang lain dan dari suatu gua ke gua yang lain. Maka apabila zaman itu telah tiba, segala mata pencaharian tidak dapat diperoleh kecuali dengan melaksanakan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah. Apabila ini terjadi, maka kebinasaan seseorang adalah dari sebab mengikuti kehendak isteri dan anak-anaknya. Kalau ia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak kedua orang tuanya. Dan jikalau orangtuanya sudah tiada, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak familinya atau dari sebab mengikuti kehendak tetangganya”. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah maksud perkataan engkau itu?”. Nabi menjawab, “Mereka akan menghinanya dengan kesempitan kehidupannya. Maka ketika itu lalu dia menceburkan dirinya di jurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya”. HR. Baihaq. Para hamba Allah kaum muslimin rahimakumullah, Setidaknya tiga hal di atas yang dihadapi oleh umat akhir zaman, dan itu adalah ujian keimanan bagi mereka, siapa yang tetap istiqomah, serta siapa yang mundur dari barisan keimanan. Semoga kita semua, termasuk pada golongan yang istiqomah pada al haq. بَا رَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَا كُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلَا يَا تِ وَذِّكْرِالْحَكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَاذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْم لِي وَلَكُمْ وَلِسَا ءِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah Kedua اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِلُزُمِ الْجَمَاعَةِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍالَّذِىْ اَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى جَمِيْعِ الْأُمَّةِ, وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَانِ لْأُ مًّةِ. اَشْهَدُ اَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِـيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَالتَّا بِعِيْنَ وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا Para hamba Allah kaum muslimin rahimakumullah, Menghadapi berbagai ujian keimanan, yang terjadi di hadapan kita, maka sebenarnya Allah juga telah menyiapkan jawabannya. Sebuah hadits Rasulullah, memberikan petunjuk kepada kita, bahwa dalam situasi fitnah kita diperintahkan untuk Meningkatkan ketaqwaan, senantiasa sam’i wa thoah atau mendengar dan taat, dan berpegang teguh pada sunnah beliau dan sunnah Khulafaurrasyidin Al Mahdiyyin para khalifah yang lurus dan diberi petunjuk. Dari Abu Najih Al-’Irbadh bin Sariyah radhiyallahu anhu, berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa alihi Wasallam tengah menasehati kami dengan sebuah nasehat yang membuat gemetar hati-hati kami dan meneteskan air mata kami, maka kami katakan “Wahai Rasulullah Shallallahu alaihi wa alihi Wasallam seakan-akan ini sebuah nasehat perpisahan, maka nasehatilah kami. Beliau Shallallahu Alaihi wa alihi Wasallam berkata اُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَاِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَاِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الْأُمُورَ فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَاِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ “Aku wasiatkan agar kalian bertaqwa kepada Allah, dan mendengar dan taat sekalipun yang memimpinmu adalah seorang budak Habsyi, karena orang yang hidup diantara kamu di kemudian hari setelahku akan melihat perselisihan yang banyak . Oleh karena itu, hendaklah kamu berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin almahdiyyin para kholifah yang mendapat petunjuk yang benar. Hendaklah kamu pegang teguh dengannya dan gigitlah dengan gigi gerahammu. Jauhilah perkara-perkara yang baru yang diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang diada-adakan itu bid’ah dan semua bid’ah itu sesat.” HR. Ahmad, Abu Dawud dan At Tarmizi. Para hamba Allah kaum muslimin rahimakumullah, Wasiat Rasulullah yang tertuang dalam hadits tersebut, adalah jalan selamat. Jalan orang-orang yang berpihak kepada Allah. Semoga Allah menjadikan kita manusia-manusia yang berpegang teguh pada buhul al haq dan senantiasa istiqomah mnejadi Hizbullah. Kaum Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah. Akhirnya marilah kita munajat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانَا صِغَارًا وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ وَارْفَعْ لَهُمُ الدَّرَجَاتِ. اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ إِهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ , اَللَّهُمَّ رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لنَاَ ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْعنَاَّ سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلاَبْرَارِ, رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ اْلكَافِرِيْنَ , رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا , رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفيِ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ , وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ مَعَ اْلاَبْرَارِ يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ , سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. P004/P2 Mi’raj Islamic News Agency MINA

khutbah jumat tentang pemuda akhir zaman